Tayangan halaman minggu lalu

Rabu, 16 Maret 2016

Tari Gambyong Mudhatama

Salam budaya, 
Pada kesempatan ini saya ingin menulis mengenai salah satu tari yang cukup populer di Surakarta, yaitu Tari Gambyong Mudhatama. Tari gambyong sebenarnya memiliki berbagai macam jenis seperti Tari Gambyong Mudhatama, Tari Gambyong Pareanom, Tari Gambyong PKJT, dan sebagainya. Namun demikian, untuk waktu ini saya memilih Gambyong Mudhatama terlebih dahulu, dan semoga saja di waktu berikutnya saya bisa menulis materi gambyong jenis lainnya. 
Tari Gambyong Mudhatama merupakan salah satu bentuk tari putri gaya Surakarta. Tari gambyog awalnya adalah tari rakyat yang hidup di lingkungan masyarakat kecil, akan tetapi, seiiring berjalannya waktu tari gambyong kemudian masuk dan berkembang di keraton. Menurut sejarah sebagaimana ditulis oleh Sri Rochana, bahwa tari gambyong pada mulanya diambil dari nama seorang waranggana yang juga penari mahir dan lincah pada masa PB IX di Surakarta (Rochana, 2004:4).
Tari Gambyong Mudhatama merupakan tari yang disusun oleh Sunarno Purwolelono seorang dosen Jurusan Tari Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta pada tahun 1989. Gerak Tari Gambyong Mudhatama terdiri dari beberapa sekaran atau gerakan tari gambyong pada umumnya, tetapi terdapat beberapa perbedaan struktur geraknya. Rasa yang ditampilkan pada Tari Gambyong Mudhatama, antara lain: kenes, tregel, luwes, kewes, prenes, dan manja. Adapun materi gendhing Tari Gambyong Mudhatama adalah Ladrang Mudhatama laras slendro pathet sanga. 
Ragam sekaran yang digunakan pada Tari Gambyong Mudhatama, antara lain: srisig, enjeran menthang sampur, entragan, kebar, tasikan, batangan, enjer tawing, laku telu, tatapan, tumpang tali, gajah ngoling, wedhi kengser, tatapan kebyak-kebyok sampur, mandhe sampur, tumpang tali glebagan, dan rog-rog asem. 
Rias dan busana yang digunakan pada tarian ini, yakni:
1. Bagian kepala: gelung gambyong, penetep, cundhuk mentul, cundhuk jungkat, giwang, kembang borokan, bangun tulak, dan sinthingan.
2. Bagian badan: angkin, sampur, kembang mlathi, bros, kalung.
3. Bagian tungkai: menggunakan kain wiron bermotif lereng.
Sedangkan rias menggunakan rias cantik dengan mempertebal garis wajah. Untuk lebih jelasnya dapat diamati pada foto berikut ini. (foto saya ambil dari Atik Setiani S.Sn, seorang alumni mahasiswa Jurusan Tari ISI Surakarta ketika Ujian Tugas Akhir).



Berdasarkan penjelasan singkat tersebut saya berharap tulisan ini dapat membantu sahabat-sahabat budaya yang ingin mempelajari tentang Tari Gambyong Mudhatama. Pada akhirnya saran dan komentarnya selalu nantikan, terimakasih.

Kepustakaan.
Sri Rochana Widyastutiningrum. Sejarah Tari Gambyong Seni Rakyat Menuju Istana. Surakarta: Citra Etnika, 2004.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar