Orang Jawa dikenal sebagai salah satu suku masyarakat yang memiliki kekayaan serta kompleksitas kebudayaan yang luar biasa. Salah satunya ialah kalender Jawa. Mereka memiliki pola penghitungan kalender tersendiri yang berbeda dengan kalender Masehi, kalender Islam, kalender Cina, ataupun kalender lainnya. Meskipun memiliki beberapa persamaan di antara kalender yang sudah ada, tetapi kalender Jawa memiliki keistimewaan tersendiri. Keistimewaan ini di antaranya bahwa dalam kalender Jawa, setiap dina (hari), pasaran (pekan), sasi (bulan), dan taun (tahun) memiliki neptu atau nilai. oleh karena itu, nilai yang berupa angka tersebut sering kali digunakan sebagai acuan atau dasar dari sebuah perhitungan, baik itu perhitungan pernikahan, punya hajat, mendirikan rumah, atau lain sebagainya. Untuk lebih jelasnya mari kita lihat neptu di setiap rincian dina, pasaran, sasi, taun sebagai berikut.
Neptu Dina
Akad (minggu) :: neptu 5
Senen (senin) :: neptu 4
Selasa (selasa) :: neptu 3
Rebo (rabu) :: neptu 7
Kemis (kamis) :: neptu 8
Jumuah (jumat) :: neptu 6
Setu (sabtu) :: neptu 9
Neptu Pasaran
Kliwon :: neptu 8
Legi :: neptu 5
Pahing :: neptu 9
Pon :: neptu 7
Wage :: neptu 4
Neptu Sasi
Sura :: neptu 7
Sapar :: neptu 2
Rabingulawal :: neptu 3
Rabingulakir :: neptu 5
Jumadilawal :: neptu 6
Jumadilakir :: neptu 1
Rejeb :: neptu 2
Ruwah :: neptu 4
Pasa :: neptu 5
Sawal :: neptu 7
Dulkaidah :: neptu 1
Besar :: neptu 3
Neptu Taun
Alip :: neptu 1
Ehe :: neptu 5
Jimawal :: neptu 3
Je :: neptu 7
Dal :: neptu 4
Be :: neptu 2
Wawu :: neptu 6
Jimakir :: neptu 3
Berdasarkan paparan tersebut tampak bahwa setiap hari, bulan, tahun memiliki nilainya masing-masing. Nilai-nilai yang berupa angka tersebutlah yang sering digunakan sebagai rumusan untuk melakukan kegiatan atau meramalkan nasib bagi Orang Jawa. Sebagai contoh, misalnya ketika akan meramalkan cocok atau tidaknya sepasang pengantin berdasarkan weton (hari kelahiran), pengantin pria lahir pada Jumat Kliwon (neptu 6 + 8 = 14, dibagi 9, sisa 5; pegantin wanita lahir pada Jumat Pahing (neptu 6 + 9 = 15, dibagi 9, sisa 6). Jadi 5 + 6 = 11 dalam perhitungan pernikahan artinya cepak rejekine atau lancar rejekinya. Contoh tersebut hanya sebagian kecil saja, sebab masih banyak lagi perhitungan-perhitungan lainnya. Perlu dimengerti pula bahwa orang Jawa sangat sering atau bisa dipastikan selalu melakukan perhitungan "hari baik "(petung dina) ketika akan melakukan kegiatan atau peristiwa penting.
Meskipun demikian, seiring berjalannya waktu kalender Jawa mulai tidak begitu digunakan oleh sebagian orang Jawa. Hal ini tentu dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: (1) masyarakat Jawa banyak yang tidak mengenal kalender Jawa; (2) penggunaan kalender Masehi yang digunakan oleh mayoritas masyarakat di Indonesia menutup ruang berkembangnya kalender Jawa; (3) Kalender Jawa dipandang sebagai kalender yang memiliki perhitungan yang lebih rumit jika dibandingkan dengan kalender Masehi, sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mempelajarinya; (4) Kalender Jawa yang banyak perhitungan dipandang kurang sesuai dengan ajaran Islam, terlebih Islam sudah memiliki kalender sendiri. Beberapa alasan tersebutlah yang paling tidak mempengaruhi terhadap menurunnya eksistensi Kalender Jawa. Meskipun demikian, dalam realitanya masyarakat Jawa masih banyak yang menggunakan perhitungan kalender Jawa khususnya ketika akan melaksanakan perkawinan atau punya hajat. Menurut pengamatan saya, se-modern apapun tipe manusia Jawa, nyatanya hampir sebagian besar masih menggunakan perhitungan Jawa ketika akan melangsungkan perkawinan.
Terlepas dari percaya dan tidak percaya itu kembali lagi kepada keyakinan setiap individu masing-masing. Poin penting yang ingin saya sampaikan bahwa pada dasarnya kita (orang Jawa) wajib menjaga dan melestarikan pola perhitungan kalender Jawa sebagai aset kebudayaan yang memiliki nilai tinggi, sehingga jangan sampai ilmu pengetahuan yang sedemikian luar biasa ini kemudian hilang ditelan masa. Bagiamanapun juga untuk merumuskan kalender tersebut tentu bukan lah perkara yang mudah. Pada kesempatan yang lain, saya akan memaparkan tentang sejarah lahirnya kalender Jawa. Pada akhirnya, mari kita merenung dan mulai berbangga sebagai masyarakat Indonesia pada umumnya, serta masyarakat Jawa khususnya yang memiliki aneka kebudayaan yang sungguh luar biasa ini. Dan saya sangat yakin bahwa masih banyak pengetahuan-pengetahuan lainnya di luar (Jawa) sana di bumi nusantara ini.
Seperti biasa, saran, kritik, atau sanggahan saya persilahakan untuk memperbaiki informasi ini sehingga lebih akurat dan bermanfaat bagi banyak orang. Terimakasih.
Salam Budaya.
Referensi
Kitab Primbon; Betaljemur Adamakna. Soemodiddjojo Mahadewa, 2008. Yogyakarta.
Senen (senin) :: neptu 4
Selasa (selasa) :: neptu 3
Rebo (rabu) :: neptu 7
Kemis (kamis) :: neptu 8
Jumuah (jumat) :: neptu 6
Setu (sabtu) :: neptu 9
Neptu Pasaran
Kliwon :: neptu 8
Legi :: neptu 5
Pahing :: neptu 9
Pon :: neptu 7
Wage :: neptu 4
Neptu Sasi
Sura :: neptu 7
Sapar :: neptu 2
Rabingulawal :: neptu 3
Rabingulakir :: neptu 5
Jumadilawal :: neptu 6
Jumadilakir :: neptu 1
Rejeb :: neptu 2
Ruwah :: neptu 4
Pasa :: neptu 5
Sawal :: neptu 7
Dulkaidah :: neptu 1
Besar :: neptu 3
Neptu Taun
Alip :: neptu 1
Ehe :: neptu 5
Jimawal :: neptu 3
Je :: neptu 7
Dal :: neptu 4
Be :: neptu 2
Wawu :: neptu 6
Jimakir :: neptu 3
Berdasarkan paparan tersebut tampak bahwa setiap hari, bulan, tahun memiliki nilainya masing-masing. Nilai-nilai yang berupa angka tersebutlah yang sering digunakan sebagai rumusan untuk melakukan kegiatan atau meramalkan nasib bagi Orang Jawa. Sebagai contoh, misalnya ketika akan meramalkan cocok atau tidaknya sepasang pengantin berdasarkan weton (hari kelahiran), pengantin pria lahir pada Jumat Kliwon (neptu 6 + 8 = 14, dibagi 9, sisa 5; pegantin wanita lahir pada Jumat Pahing (neptu 6 + 9 = 15, dibagi 9, sisa 6). Jadi 5 + 6 = 11 dalam perhitungan pernikahan artinya cepak rejekine atau lancar rejekinya. Contoh tersebut hanya sebagian kecil saja, sebab masih banyak lagi perhitungan-perhitungan lainnya. Perlu dimengerti pula bahwa orang Jawa sangat sering atau bisa dipastikan selalu melakukan perhitungan "hari baik "(petung dina) ketika akan melakukan kegiatan atau peristiwa penting.
Meskipun demikian, seiring berjalannya waktu kalender Jawa mulai tidak begitu digunakan oleh sebagian orang Jawa. Hal ini tentu dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: (1) masyarakat Jawa banyak yang tidak mengenal kalender Jawa; (2) penggunaan kalender Masehi yang digunakan oleh mayoritas masyarakat di Indonesia menutup ruang berkembangnya kalender Jawa; (3) Kalender Jawa dipandang sebagai kalender yang memiliki perhitungan yang lebih rumit jika dibandingkan dengan kalender Masehi, sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mempelajarinya; (4) Kalender Jawa yang banyak perhitungan dipandang kurang sesuai dengan ajaran Islam, terlebih Islam sudah memiliki kalender sendiri. Beberapa alasan tersebutlah yang paling tidak mempengaruhi terhadap menurunnya eksistensi Kalender Jawa. Meskipun demikian, dalam realitanya masyarakat Jawa masih banyak yang menggunakan perhitungan kalender Jawa khususnya ketika akan melaksanakan perkawinan atau punya hajat. Menurut pengamatan saya, se-modern apapun tipe manusia Jawa, nyatanya hampir sebagian besar masih menggunakan perhitungan Jawa ketika akan melangsungkan perkawinan.
Terlepas dari percaya dan tidak percaya itu kembali lagi kepada keyakinan setiap individu masing-masing. Poin penting yang ingin saya sampaikan bahwa pada dasarnya kita (orang Jawa) wajib menjaga dan melestarikan pola perhitungan kalender Jawa sebagai aset kebudayaan yang memiliki nilai tinggi, sehingga jangan sampai ilmu pengetahuan yang sedemikian luar biasa ini kemudian hilang ditelan masa. Bagiamanapun juga untuk merumuskan kalender tersebut tentu bukan lah perkara yang mudah. Pada kesempatan yang lain, saya akan memaparkan tentang sejarah lahirnya kalender Jawa. Pada akhirnya, mari kita merenung dan mulai berbangga sebagai masyarakat Indonesia pada umumnya, serta masyarakat Jawa khususnya yang memiliki aneka kebudayaan yang sungguh luar biasa ini. Dan saya sangat yakin bahwa masih banyak pengetahuan-pengetahuan lainnya di luar (Jawa) sana di bumi nusantara ini.
Seperti biasa, saran, kritik, atau sanggahan saya persilahakan untuk memperbaiki informasi ini sehingga lebih akurat dan bermanfaat bagi banyak orang. Terimakasih.
Salam Budaya.
Referensi
Kitab Primbon; Betaljemur Adamakna. Soemodiddjojo Mahadewa, 2008. Yogyakarta.
informasi yang sangat bermanfaat. Kunjuungi juga Kalender Jawa Online Terlengkap Disertai Dengan Detail Weton, Wuku, Neptu dan Tahun Jawa
BalasHapusKalender Jawa Online Terlengkap Disertai Dengan Detail Weton, Wuku, Neptu dan Tahun Jawa
BalasHapus